perlawanan kerajaan islam di jawa
Perlawanan Kerajaan Islam di Jawa
- KERAJAAN DI
SUMATRA
- 3. Penyerangan
Kerajaan Aceh terhadap Portugis
- 4. Latar
Belakang • 1. Dengan berkedudukan di Malaka, Portugis merupakan saingan
Aceh dalam perdagangan di kawasan sekitar Selat Malaka. • 2. Portugis
ingin menyebarkan agama Katholik. Hal ini tidak bisa diterima oleh Aceh
sebagai sebuah kerajaan Islam.
- 5. • 1. Sultan
Ali Mughayat Syah, pada masa pemerintahannya, Aceh bersekutu dengan
Kerajaan Johor untuk menyingkirkan Portugis. Pada tahun 1513, Aceh
menyerang Malaka dengan bantuan Pangeran Sabrang Lor (Pati Unus) dari
Demak. • Sebelum berhasil mengusir Portugis di Malaka, Sultan Ali Mughayat
Syah wafat pada 1530 • 2. Sultan Alaudin Riayat Syah, pada masa
pemerintahannya, yaitu pada tahun 1550, Aceh menyerang Malaka lagi dengan
bantuan Ratu Kalinyamat dari Demak. Namun penyerangan ini tidak membuahkan
hasil.
- 6. • Pada
tahun 1629 Sultan Iskandar Muda melakukan penyerangan terhadap Portugis di
Malaka. Ia melakukan beberapa persiapan: • a. Menambah dan melengkapi
kapal-kapal dagang dengan prajurit dan persenjataan. b. Menjalin hubungan
baik dengan Turki dan Gujarat. c. Meningkatkan kerja sama dengan kerajaan
Islam di nusantara. d. Memperkuat pertahanan di dalam negeri. Tujuan
Sultan Iskandar Muda menyerang Malaka adalah untuk: • a. Mengusir bangsa
Portugis dari Malaka. b. Mematahkan kekuatan Portugis di daerah Asia
Tenggara. c. Menguasai daerah produksi lada dan timah yang berada di
sekitar Malaka.
- 7. • Sultan
Iskandar Muda terus mengadakan penyerangan, namun ia gagal. • Hingga
akhirnya Malaka jatuh ditangan Belanda pada masa kekuasaan Sultan Iskandar
Thani. Dan Aceh pun berhasil dikuasai Belanda
- 8. Penyerangan
Kerajaan Mataram Terhadap VOC di Batavia
- 9. Latar
Belakang • Melihat kekuatan VOC, Sultan Agung berencana memanfaatkan VOC
dalam persaingan menghadapi Surabaya dan Kesultanan Banten. Namun VOC
menolak. • Setelah Surabaya ditaklukkan, Sultan Agung berniat untuk
menaklukkan Kesultanan Banten, namun Batavia menjadi penghalang dan perlu
diatasi Mataram.
- 10. • Serangan
Pertama (1628) GAGAL karena kurangnya perbekalan • Serangan kedua (1629)
*Untuk mengantisipasi kekurangan perbekalan, Mataram membangun lumbung
beras tersembunyi di Karawang dan Cirebon. *Namun diketahui VOC dan
dibakar. *Juga GAGAL karena kurang perbekalan dan wabah penyakit malaria
dan kolera sehingga ketika sampai di Batavia para prajurit sudah lemah.
*Meski kalah, Mataram berhasil membendung sungai Ciliwung dan mengotorinya
sehingga Batavia terkena wabah penyakit Kolera. Gubernur Jenderal VOC, J.P
Coen meninggal
- 11. Perlawanan
Kerajaan Banten Terhadap VOC
- 12. • Banten
adalah salah satu pelabuhan terbesar di nusantara dengan letak yang
strategis, di titik pertemuan jalur perdagangan dunia setelah Malaka jatuh
di tangan Portugis. • Banten penghasil lada terbesar di Jawa Barat • VOC
memerlukan tempat yang cocok untuk dijadikan tempat pertemuan dan ingin
memonopoli perdagangan lada
- 13. VOC
melakukan blokade terhadap pelabuhan Banten dengan cara menyerang kapal
yang hendak berlabuh di Banten, sehingga perekonomian Banten terganggu.
Karena hal tersebut, Sultan Ageng Tirtayasa melakukan penyerangan terhadap
instasi milik VOC di wilayah kekuasaan kesultanan Banten dan berharap VOC
segera meninggalkan Banten Untuk meredakan perlawanan, VOC mengirimkan
utusan untuk menawari perjanjian yang disertai hadiah menarik, namun
ditolak oleh Sultan Ageng Tirtayasa
- 14. Menanggapi
penawaran tersebut, Sultan Ageng Tirtayasa memerintahkan mengadakan
gerilya besar-besaran terhadap VOC : mengadakan pengerusakan terhadap
kebun-kebun tebu, pencegatan serdadu patroli VOC, pembakaran markas patroli,
dan pembunuhan terhadap beberapa orang Belanda. Selain itu, pasukan Banten
juga merusak kapal-kapal milik Belanda yang berada di pelabuhan Banten •
Perang terus berlangsung hingga akhirnya terjadi gencatan senjata
- 15. Kekuasaan
di Banten di pecah -> Putra Sultan Ageng Tirtayasa, yaitu Pangeran
Gusti dan Pangeran Arya Purbaya mendapatkan kekuasaan, masing-masing untuk
mengurusi kedaulatan ke dalam kesultanan. -> Sementara kedaulatan
keluar kesultanan masih dikendalikan oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Hal
tersebut dimanfaatkan VOC dengan melakukan politik adu domba terhadap
Pangeran Gusti dan Sultan Ageng Tirtayasa
- 16. • Pada
tahun 1682 dengan bantuan VOC akhirnya Pangeran Gusti berhasil menjadi
Raja berikutnya. Dan Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan dipenjarakan di
Batavia hingga meninggal tahun 1692
- 17. KERAJAAN DI
KALIMANTAN
- 18. Penyerangan
Kerajaan Banjar Terhadap VOC
- 19. • Perang
Banjar tahun 1859-1863 • Perang Banjar merupakan perlawanan rakyat
terhadap Belanda di Kalimantan Selatan. Seperti halnya di daerah lain di
Indonesia sebab-sebab perang adalah: 1) Belanda memaksakan monopoli
perdagangan di Kerajaan Banjar. Dalam monopoli perdagangan lada, rotan,
damar, dan hasil-hasil tambang seperti emas dan intan, Belanda bersaing
dengan saudagar-saudagar Banjar dan para bangsawan Banjar. Dari persaingan
menjadi permusuhan karena Belanda berusaha menguasai beberapa wilayah
Kerajaan Banjar.
- 20. • 2)
Pemerintah kolonial Belanda ikut mencampuri urusan dalam Kraton terutama
dalam pergantian sultan-sultan kerajaan Banjar. Misalnya Belanda
mengangkat Pangeran Tamjidillah menjadi sultan pada tahun 1857. Hak
Pangeran Hidayat menjadi sultan disisihkan. Padahal yang berhak menjadi sultan
yang sebenarnya adalah Pangeran Hidayat sendiri. • 3) Pemerintah kolonial
Belanda mengumumkan bahwa Kasultanan Banjarmasin akan dihapuskan.
- 21. KERAJAAN DI
NUSA TENGGARA
- 22. Kerajaan
Bima
- 23. • Kerajaan
Bima • Salah satu perlawanan rakyat Bima yang menarik untu dikaji adalah
perang rakyat Donggo, yang kemudian dikenal dengan Perang Kala (1909),
yang merupakan perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Kala, sebuah desa di
kecamatan Donggo, di bawah kekuasaan Kesultanan Bima, penyebabnya hampir
sama dengan perang lainnya yang terjadi di Bima, yaitu karena tidak mau
tunduk terhadap kekuasaan Belanda, tetapi sistem strategi perang ini agak
unik dibandingkan perang lainnya, yakni dengan membuat serambi atau
sencari (bahasa Bima) di atas bukit Doro Kaboe. Di atas Serambi tersebut
di susun batu-batu besar. Pada saat pasukan Belanda mengejar rakyat kala
ke atas gunung, rakyat sudah siap menggelindingkan batu-batu besar itu ke
bawah. Hal itu sempat membuat pasukan Belanda gusar, apalagi wilayahnya
sangat rumit dengan konstur tanah yang terdiri dari gunung-gunung dan
hutan yang masih terlalu asing bagi pasukan Belanda.
- 24. KERAJAAN DI
SULAWESI
- 25. • VOC
menuntut monopoli perdagangan di Makasar, tetapi tuntutan itu ditolak
Makassar. Akibatnya muncul beberapa kali ketegangan antara kedua belah
pihak. Serangkaian ketegangan itu antara lain: 1. VOC menduduki benteng
Panakukang yang dirasa sebagai ancaman bagi Makasar. 2. Pasukan Karaeng
Tallo menyita barang-barang muatan pada kapal De Walvis sementara tuntutan
VOC untuk mengembalikannya ditolak oleh Makasar. 3. Makasar menyita barang
dan membunuh awak kapal Leeuwin ketika terdampar di Pulau Don Duango.
- 26. • Akhirnya,
pada tahun 1660 pecah perang. Kerajaan Makasar dipimpin oleh Sultan Hasanudin
yang dibantu oleh Karaeng Tallo, Karaeng Popo, dan Karaeng Karunrung.
Karena sangat gigih menentang VOC, Sultan Hasanudin diberi gelar “ayam
jantan dari timur”. Untuk mengatasi perlawanan Makasar, VOC dibawah
pimpinan Cornelis Speelman melakukan politik adu domba, yaitu menghasut
Aru Palaka (Raja Bone) untuk melawan Sultan Hasanudin.
- 27. • Pada
tahun 1667, VOC di bawah pimpinan Kapitan Yonker berhasil mengalahkan
Makasar. Pada tanggal 18 november 1667, Sultan Hasanudin dipaksa
menandatangani Perjanjian Bongaya, yang isinya: 1. Makasar mengakui
monopoli dagang VOC. 2. Makasar melepaskan daerah-daerah jajahannya. 3.
Makasar harus mengganti kerugian. 4. VOC mendirikan benteng Rotherdam di
Makasar. 5. Makasar harus minta izin kepada VOC jika melakukan pelayaran
perdagangan. Perjanjian Bongaya sangat merugikan Makasar, sehingga
pelaut-pelaut Makasar yang tidak mau tunduk kepada VOC pergi merantau ke
Jawa dan membantu gerakan melawan VOC di daerah lain, seperti Kraeng
Galesong yang bergabung dengan Trunojoyo
- 28. KERAJAAN
ISLAM DI MALUKU “ TERNATE & TIDORE “
- 29. Daerah
Maluku merupakan daerah subur yang kaya akan hasil rempah-rempah seperti
cengkeh dan pala. Mulanya, Kerajaan Ternate dan Tidore hidup rukun, namun
dalam perkembangan berikutnya terjadilah perebutan kekuasaan pengaruh
wilayah perdagangan rempah-rempah. Akibatnya, muncul 2 persekutuan dagang
: 1. Uli Lima, dipimpin Ternate (Ambon, Bacan, Obi, Seram). 2. Uli Siwa,
dippimpin Tidore(Makayan, Jailolo, Soa Siu, Halmahera, Kei, dll). Kemudian
kedatangan Spanyol dan Portugis di Maluku memperkuat permusuhan antara
Ternate-Tidore, karena adanya persekutuan antara Ternate-Portugis dan
Tidore-Spanyol.
- 30. Tindakan
sewenang-wenang Portugis mengakibatkan kemarahan rakyØ Dengan
kematian Sultan Hairun, rakyat Ternate makin membenci Portugis, dan
kembali melakukan penyerangan terhadap Portugis yang dipimpin oleh Sultan
Baabullah(putra S.Hairun) pada tahun 1575. Pasukan Sultan Baabullah dapat
menguasai benteng Portugis. Keberhasilan Sultan Baabullah merebut benteng
Sao Paolo mengakibatkan Portugis menyerah dan meninggalkan Maluku.Øat, yang
kemudian dengan dipimpin oleh Sultan Hairun(Raja Ternate) rakyat menyerang
Portugis. Pada awalnya Ternate mendapat kemenangan, namun karena kelicikan
Portugis, Sultan Hairun ditangkap dan dibunuh.
- 31. # Tidore
merupakan kerajaan maritim di Maluku. Karena melawan VOC, Sultan
Jamaludin(1757-1779 M) dipaksa menanggung hutang VOC sebesar 50.000
ringgit akibat perang. Hutang itu rencananya akan dibayar dengan
menyerahkan daerah timur Seram, tapi ditentang oleh putra-putranya.
Akhirnya, Sultan Jamaludin ditangkap VOC dan dibuang ke Srilanka.
- 32. # Kemudian
VOC mengangkat Patra Alam sebagai penggantinya, dan ini memunculkan
perlawanan rakyat. Akhirnya rakyat memilih Pangeran Nuku sebagai Sultan.
Kemudian Tidore melakukan perlawanan terhadap VOC. Akhirnya Tidore
memenangkan perang tahun 1789 M.
- 33. Kesimpulan
Kita harus mencontoh masyarakat saat jaman-jaman kerajaan islam atas
semangatnya dalam melawan dominasi asing. Mereka berusaha mempertahankan
budaya, jati diri, dan harga diri mereka sekuat tenaga. Mereka berusaha
melindungi kerajaan mereka sampai titik darah penghabisan. Sebagai anak
bangsa, kita wajib mencontoh mereka agar kita melindungi dan menjaga
bangsa kita kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar