Perlawanan
Rakyat Maluku (1817)
Perlawanan yang dilakukan oleh Thomas Matulesi (Pattimura)
terjadi di Saparua, yaitu sebuah kota kecil di dekat pulau Ambon. Adapun
Sebab-sebab terjadinya perlawanan ini adalah :
1. Rakyat Maluku
menolak kehadiran Belanda karena pengalaman mereka yang menderita dibawah VOC
2. Pemerintah
Belanda menindas rakyat Maluku dengan diberlakukannya kembali penyerahan wajib
dan kerja wajib
3. Dikuasainya
benteng Duursteide oleh pasukan Belanda
Akibat penderitaan yang panjang rakyat menetang Belanda
dibawah pimpinan Thomas Matulesi atau Pattimura. Tanggal 15 Mei 1817 rakyat
Maluku mulai bergerak dengan membakar perahu-perahu milik Belanda di pelabuhan
Porto. Selanjutnya rakyat menyerang penjara Duurstede. Residen Van den Berg
tewas tertembak dan benteng berhasil dikuasai oleh rakyat Maluku.
Pada bulan Oktober 1817 pasukan Belanda dikerahkan secara
besar-besaran, Belanda berhasil menangkap Pattimura dan kawan-kawan dan pada
tanggal 16 Desember 1817 Pattimura dijatuhi hukuman mati ditiang gantungan, dan
berakhir perlawanan rakyat Maluku.
Ancaman terhadap kemerdekaan dan kedaulatan Kerajaan Demak Bintoro,Kerajaan Islam Aceh dan Kerajaan Ternate dan Tidore datang dari Portugis dan VOC (Belanda). Rakyat ketiga kerajaan itupun
bangkit melawannya.
1. Perlawanan Kerajaan Demak Bintoro
Dalam masa permulaan berdirinya kerajaan
Demak yaitu dalam pemerintahan Raden Patah, lalu lintas perdaganagn di lautan Nusantara
terganggu oleh pengaruh dan usaha monopoli Portugis. Dalam rangka mengatasi
gangguan dan ancaman Portugis, Demak berusaha mengusir Portugis dari Malaka.
Pada tahun 1513, armada perang Demak di bawah Pimpinan Pati Unus menyerbu ke
Malaka. Armada perang Demak itu berkekuatan 100 perahu dan 10.000 orang
prajurit.
Pada waktu itu Portugis dalam keadaan
siap tempur dengan datangnya perlengkapan pelayaran dan perlengkapan perang
dari Gujarat. Pertempuran berlangsung sangat seru dan dahsyat. Armada perang
Demak yang kalah jauh dalam persenjataannya itupun dapat dipukul mundur.
2. Perlawanan Kerajaan Islam Aceh
Sejak dikuasainya bandar Malaka oleh
Portugis yang memaksakan perdagangan monopoli, banyak pedagang yang menghindari
bandar Malaka. Akibatnya, bandar Aceh maju pesat, Maka persaingan dagang antara
Aceh dan Portugis sangat tajam. Aceh mencapai puncak kejayaannya di bawah
pemerintahan Sultan Iskandar Muda pada tahun 1607 - 1636.
Aceh selalu mencoba merebut dan
mempertahankan hegemoni perdagangan di Selat Malaka dengan cara merintangi dan
menghancurkan Portugis. Tetapi usaha Iskandar Muda belum berhasil dan
pengganti-penggantinya kurang cakap. Maka Portugis tetap merajai selat Malaka
sampai akhirnya bandar Malaka direbut oleh VOC (Belanda) pada tahun 1641.
3. Perlawanan Ternate
Kerajaan Ternate dengan wilayah
kekuasaannya di Maluku merupakan sumber utama rempah-rempah. Sebagai sumber
utama rempah-rempah Maluku memiliki daya tarik kuat terhadap bangsa-bangsa
Eropa yang datang secara langsung untuk mendapatkan rempah-rempah.
Hadirnya Portugis dan Spanyol di wilayah
Maluku mengacaukan lalu lintas perdagangan di wilayah itu. Menghadapai bahaya
yang mengancam kemerdekaan dan kedaulatannya, rakyat Ternate bangkit berjuang,
dipimpin oleh Sultan Harun melawan penjajah Portugis dan Spanyol. Perjuangan rakyat Ternate berlanjut
di bawah pimpinan Sultan Baab'ullah. Karena campur tangan
VOC Belanda yang menggunakan kesempatan dalam kesempitan, akhirnya Maluku jatuh
ke tangan VOC pada tahun 1646.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar