Sabtu, 07 November 2015

PERLAWANAN RAKYAT MALUKU

Perlawanan Rakyat Maluku (1817)

Perlawanan yang dilakukan oleh Thomas Matulesi (Pattimura) terjadi di Saparua, yaitu sebuah kota kecil di dekat pulau Ambon. Adapun Sebab-sebab terjadinya perlawanan ini adalah :
1.      Rakyat Maluku menolak kehadiran Belanda karena pengalaman mereka yang menderita dibawah VOC
2.      Pemerintah Belanda menindas rakyat Maluku dengan diberlakukannya kembali penyerahan wajib dan kerja wajib
3.      Dikuasainya benteng Duursteide oleh pasukan Belanda
Akibat penderitaan yang panjang rakyat menetang Belanda dibawah pimpinan Thomas Matulesi atau Pattimura. Tanggal 15 Mei 1817 rakyat Maluku mulai bergerak dengan membakar perahu-perahu milik Belanda di pelabuhan Porto. Selanjutnya rakyat menyerang penjara Duurstede. Residen Van den Berg tewas tertembak dan benteng berhasil dikuasai oleh rakyat Maluku.
Pada bulan Oktober 1817 pasukan Belanda dikerahkan secara besar-besaran, Belanda berhasil menangkap Pattimura dan kawan-kawan dan pada tanggal 16 Desember 1817 Pattimura dijatuhi hukuman mati ditiang gantungan, dan berakhir perlawanan rakyat Maluku.
Ancaman terhadap kemerdekaan dan kedaulatan Kerajaan Demak Bintoro,Kerajaan Islam Aceh dan Kerajaan Ternate dan Tidore datang dari Portugis dan VOC (Belanda). Rakyat ketiga kerajaan itupun bangkit melawannya.

1. Perlawanan Kerajaan Demak Bintoro
Dalam masa permulaan berdirinya kerajaan Demak yaitu dalam pemerintahan Raden Patah, lalu lintas perdaganagn di lautan Nusantara terganggu oleh pengaruh dan usaha monopoli Portugis. Dalam rangka mengatasi gangguan dan ancaman Portugis, Demak berusaha mengusir Portugis dari Malaka. Pada tahun 1513, armada perang Demak di bawah Pimpinan Pati Unus menyerbu ke Malaka. Armada perang Demak itu berkekuatan 100 perahu dan 10.000 orang prajurit.

Pada waktu itu Portugis dalam keadaan siap tempur dengan datangnya perlengkapan pelayaran dan perlengkapan perang dari Gujarat. Pertempuran berlangsung sangat seru dan dahsyat. Armada perang Demak yang kalah jauh dalam persenjataannya itupun dapat dipukul mundur.

2. Perlawanan Kerajaan Islam Aceh
Sejak dikuasainya bandar Malaka oleh Portugis yang memaksakan perdagangan monopoli, banyak pedagang yang menghindari bandar Malaka. Akibatnya, bandar Aceh maju pesat, Maka persaingan dagang antara Aceh dan Portugis sangat tajam. Aceh mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda pada tahun 1607 - 1636.

Aceh selalu mencoba merebut dan mempertahankan hegemoni perdagangan di Selat Malaka dengan cara merintangi dan menghancurkan Portugis. Tetapi usaha Iskandar Muda belum berhasil dan pengganti-penggantinya kurang cakap. Maka Portugis tetap merajai selat Malaka sampai akhirnya bandar Malaka direbut oleh VOC (Belanda) pada tahun 1641.

3. Perlawanan Ternate
Kerajaan Ternate dengan wilayah kekuasaannya di Maluku merupakan sumber utama rempah-rempah. Sebagai sumber utama rempah-rempah Maluku memiliki daya tarik kuat terhadap bangsa-bangsa Eropa yang datang secara langsung untuk mendapatkan rempah-rempah.

Hadirnya Portugis dan Spanyol di wilayah Maluku mengacaukan lalu lintas perdagangan di wilayah itu. Menghadapai bahaya yang mengancam kemerdekaan dan kedaulatannya, rakyat Ternate bangkit berjuang, dipimpin oleh Sultan Harun melawan penjajah Portugis dan Spanyol. Perjuangan rakyat Ternate berlanjut di bawah pimpinan Sultan Baab'ullah. Karena campur tangan VOC Belanda yang menggunakan kesempatan dalam kesempitan, akhirnya Maluku jatuh ke tangan VOC pada tahun 1646.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar