Sabtu, 07 November 2015

perlawanan raja-raja islam


perlawanan raja-raja islam

Batavia senantiasa memiliki posisi yang strategis bagi VOC. Semua kebijakan dan tindakan VOC di kawasan Asia dikendalikan dari markas besar VOC di Batavia. Di samping itu Batavia juga terletak pada persimpangan atau menjadi penghubung    jalur  perdagangan    internasional.   Batavia  menghubungkan perdagangan di Nusantara bagian barat dengan Malaka, India, kemudian juga menghubungkan dengan Nusantara bagian timur. Apalagi Nusantara bagian  timur  ini  menjadi  daerah  penghasil  rempah-rempah  yang  utama, maka  posisi  Batavia yang  berada  di  tengah-tengah    itu  menjadi  semakin strategis dalam perdagangan rempah-rempah.
VOC semakin serakah dan bernafsu untuk menguasai Nusantara yang kaya rempah-rempah ini. Tindakan intervensi politik terhadap kerajaan-kerajaan di  Nusantara dan pemaksaan monopoli perdagangan terus dilakukan. Politikdevide et impera dan berbagai tipu daya juga dilaksanakan demi mendapatkan kekuasaan dan keuntungan sebesar-besarnya. Sebagai contoh, Mataram yang merupakan kerajaan kuat di Jawa akhirnya juga dapat dikendalikan secara penuh oleh VOC. Hal ini terjadi setelah dengan tipu muslihat VOC, Raja Pakubuwana II yang  sedang  dalam  keadaan  sakit  keras  dipaksa  untuk  menandatangani naskah penyerahan kekuasaan Kerajaan Mataram kepada VOC pada tahun 1749 Tidak hanya kerajaan-kerajaan di Jawa, kerajaan-kerajaan di luar Jawa berusaha   ditaklukkan.  Untuk  memperkokoh  kedudukannya  di  Indonesia bagian   barat   dan  memperluas  pengaruhnya  di  Sumatera,   VOC berhasil menguasai Malaka setelah mengalahkan saingannya, Portugis pada tahun 1641 Berikutnya VOC berusaha meluaskan pengaruhnya ke Aceh.
Kerajaan Makassar di bawah Sultan Hasanuddin yang tersohor di Indonesia bagian timur  juga  berhasil  dikalahkan  setelah   terjadi  Perjanjian  Bongaya  tahun 1667 Dari Makasar VOC juga berhasil memaksakan kontrak dan monopoli perdagangan   dengan  Raja  Sulaiman  dari  Kalimantan  Selatan.  Sementara jauh sebelum itu yakni tahun 1605 VOC sudah berhasil mengusir Portugis dari Ambon. VOC menjadi berjaya setelah berhasil melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah di Kepulauan Maluku. Untuk mengendalikan pelaksanaan monopoli di kawasan ini dilaksanakan Pelayaran HongiPengaruh dan kekuasaan VOC semakin meluas. Untuk memperkuat kebijakan monopoli  ini  di  setiap   daerah   yang  dipandang   strategis   armada   VOC diperkuat. Benteng-benteng pertahanan dibangun. Sebagai contoh Benteng Doorstede dibangun di Saparua, Benteng Nasau di Banda, di Ambon sudah ada Benteng Victoria, Benteng Oranye di Ternate, dan Benteng Rotterdam di Makasar.

Dalam  rangka     memperluas  pengaruh   dan  kekuasaannya  itu,   ternyata perhatian VOC juga sampai ke Irian/Papua yang dikenal sebagai wilayah yang masih tertutup dengan hutan belantara yang begitu luas. Penduduknya juga masih bersahaja dan primitif. Orang Belanda yang pertama kali sampai ke Irian adalah Willem Janz. Bersama armandanya rombongan Willem Janz menaiki Kapal Duyke dan berhasil memasuki tanah Irian pada tahun 1606. Willem Janz ingin mencari kebun tanaman rempah-rempah. Tahun 1616-1617 Le Maire dan William Schouten mengadakan survei di daerah pantai timur laut Irian dan menemukan Kepulauan Admiralty bahkan sampai ke New Ireland. Dengan penemuan ini maka nama William diabadikan sebagai nama kepulauan, Kepulauan Schouten. Pada waktu orang-orang Belanda sangat memerlukan bantuan budak, maka banyak diambil dari orang-orang Irian. Pengaruh VOC di Irian semakin kuat. Bahkan pada tahun 1667, Pulau-pulau yang termasuk wilayah Irian yang semula berada di bawah kekuasaan Kerajaan Tidore sudah berpindah tangan menjadi daerah kekuasaan VOC. Dengan demikian daerah pengaruh dan kekuasaan VOC sudah meluas di seluruh Nusantara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar